number phone 0852 39 300 460

Kamis, 14 Maret 2013

Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo




Kabinet Wilipo (03-04-1952 s/d 30-07-1953)
Kabinet Burhanuddin Harapan (12-08-1955 s/d 24-03-1956)

Masa jabatan sumitro banyak diwarnai keputusan besar. Di antaranya program Benteng yang memberi prioritas bagi pengusaha pribumi dan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap kekuatan ekonomi asing. Berhasil menekan inflasi pad tingkat yang rendah di masa menjabat mentri Keuangan. Sumitro turut pula dalam nasionalisasi De Javasche Bank, saat menjabat Menteri Keuangan pada kabinet wilopo dan menghapuskan sistem lisensi peninggalan kabinet sebelumnya. Dikenalpula sebagai pendiri sekaligus dekan pertama Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Lepas dari jabatan di pemerintahan pun ide-ide Sumitro senantiasa aktual seperti mengusulkan penangguhan proyek-proyek besar pada masa resesida sumbangannya bagi perkembangan ilmu ekonomi yang berorientasi kebijaksananan pembangunan.
“Ada empat factor yang menentukan keberhasilan pemerintah Orde Baru, yaitu kekuatan efektif, wawasan politik keahlian teknis dan rasa tanggungjawab kepada kepentingan rakyat”, ucap Sunitro di tahun ketiga pelita I.
Tiga belas tahun kemudian, 1985, ia menambahkan, “perlunya pengertian yang rinci tentang tinggal landas pada pelita VI agar tidak tumbul barbagai penafsiran tanpa suatu tolok ukur”. Demikian pidatonya tentang Tanggung jawab Profesional seorang ekonomi dari masa kemasa”. Konsitensi dan dedikasi, itulah yang terbias dari kiprah Cum, damikian nama panggilan sumitro
Doktor ekonomi lulusan Ekonomiche Hogeschool, Rotterdam tahun 1942 ini langsung bertugas dibawah perdana Menteri Sjahrir sekembalinya ke Indonesia. Sumbangannya selama masa revolusi fisik adalah anggota delegasi ke PBB bersama L.N Palar dan turut dalam Konprensi Meja Bundar di Den Haag tahun 1949.
Lahir di Kebumen 29 Mei 1917, anak sulung Margono Djojohadikusumo, pendiri Bank BNI 1946 dan anggota DPA ini, pernah diuntungkan oleh Perang Korea ketika permintaan karet alam memperbesas cadangan devisa Indonesia. Pada saat menjabat Menteri Keuangan, cadangan devisa Indonesia sedemikian besarnya, cukup untuk kebutuhan 4-5 tahun.
Hubungan baiknya dengan pers menambah popularitasnya. Sekaligus membawa predikat khusus bagi mantan Menteri Perdagangan (1950-1951) dan Menteri Riset (1972-1978). Dialah ‘Empu stabilisasi ekonomi Indonesia’.
Cum yang berhasil menamatkan sarjana mudanya di Universite de Sorbonne, Paris ini dikaruniai empat orang anak dari perkawinannya dengan Dora Sigar yang berasal dari Sulawesi Utara.




M. Dawam Rahardjo, seorang kolumnis, pernah mengulas bagaimana pola piker Sumitro melatarbelakangi pengambilan keputusan-keputusannya.
Sumitro dengan tegas menganjurkan pembangunan industri tapi dalam kontrol nasional. Maksudnya adalah mengaitkan pembangunan sector industri ringan dengan pembangunan sektor pertanian. Dalam konteks sekarang, Sumitro tidak akan gampang menerima industri teknologi tinggi. Ia pasti akan mempertimbangkan kendala pada kesempatan kerja,  neraca pembayaran dan struktur ekonomi Indonesia. Ia tidak mau melihat sektor industri dikuasai modal asing.
Kerangka pemikiran Sumitro itu sebenarnya mengandung kritik terhadap kebijaksanaan ekonomi Orde Baru dan mengkritalisasikan kritik-kritik masyarakat yang kemudian di aplikasikan dalam GBHN dan Repelita II sejak tahun 1978.
Ada dua kutub strategi industrialisasi. Strategi industralisasi subsitusi impor tidak pas dengan kerangka gagasan Sumitro. Tapi Ia juga sepenuhnya melihat industrialisas yang berorientasi ekspor sebagi jalan keluar. Ia tidak mempertentangkan dua strategi itu karena ia tidak melihatnya masalahnya secara lain. Obsesinya pada tahun 1950-an adalah memperkuat kemampuan produsen kecil dibidang pertanian dan industri. Dalam hal ini Negara perlu melibatkan diri. Perbankan dan kebijaksanaan moneter (yang pada waktu itu menjadi sasaran kritiknya) harus bisa menjangkau kesitu.
Berbeda dengan Sjafruddin Prawiranegara, yang kurang percaya pada efisiensi dan produktivitas perusahaan Negara menjalankan industri, Sumitro ingin membangun sektor Negara dibidang produksi dan mambantu produsen kecil melalui pusat-pusat pengembangan di sentra-sentra industry rakyat. Hal ini baru memperoleh perhatian pemerintah Orde Baru pada 1978.
Pada 1985, Sumitro melontarkan kritik pada struktur industri sekarang yang nampaknya saja produktif tapi rapuh, karena mengandung subsidi, proteksi dan monopoli yang diberikan pemerintah. Apabila tata niaga bahan-bahan industry diatur supaya tidak mengakibatkan distorsi, industry yang dasar efisiensinya rapuh akan mengalami keguncangan. Pemilihan industry untuk dikembangkan, bagi Sumitro perlu selektif, dengan menimbang keuggulan kompratif sebagai dasar melihat kemampuan menghasilkan nilai tambah, mengembangkan sumber daya manusia dan sumber daya alam. Tak lupa pila mempertimbangkan kendala tersedianya devisa. Industri seperti itu bisa saja berorientasi ke ekspor, tapi bisa pula memanfaatkan pasar dalam negeri sambil membangun daya beli masyarakat dan memperkuat pasar domestik.
Sumitro melihat persoalan ekonomi dari segi struktur, sistem, dan proses. Walau bidang studi akademisnya adalah moneter, ia menolak pandangan-pandangan moneteris. Pendekatannya lebih strukturalis. Sistem tataniaga dan jalur-jalur pemasaran Komoditi di pedesaan suda menjadi perhatiannya sejak dulu. Sumitro memandang pembangunan pertanian dalam kerangka dalam sistem agribisnis, yaitu dengan melihat kebelakang dan kedepan.
Pandangan-pandangannya dianalisis oleh Glassburner sebagai, “secara nominal adalah sosialistis, Walaupun secara esensial lebih tepat disebut pragmatis” dua pengertian yang sering dipertentangkan. Secara umum pandangnya tak pernah menyimpang dari arus pokok pemikiran ekonomi. Tapi pemikiran Sumitro pernah bergerak “jauh kekiri”, tapi lebih jelas bersikap “nasionalistis”. Ini dikaitkan dengan pandangannya mengenai pentingnya peran Negara melalui perencanaan dan interfensi langsung maupun tidak langsung, guna memecahkan stagnasi, dan membina kemandirian ekonomi masyarakat.

Silakan kritik dan saran tuk melengkapi artikel ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

sonde apa2 bosong coment sa......