Kabinet Presideensial (02-09-1945 s/d
04-11-1945)
Kabinet Amir Sjarifuddin I (03-07-1947
s/d 11-11-1947)
Kabinet Amir Sjarifuddin II (11-11-1947
s/d 29-01-1949)
Kabinet Hatta I (29-01-1949 s/d
04-08-1949)
Ketika ORI diterbitkan pertama
kali, tanda tangan A.A Maramis telah tercantum disana. Beliau di angkat menjadi
Menteri Keuangan pada 2 September 1945 menggantikan Dr. Samsi Sastrowidagdo
yang hanya menjabat selama 2 minggu. Pada saat itulah bentuk organisasi
Kementerian Keuangan baru dibicarakan. Kakak kandung Maria Walanda ini
mengalami pendidikan dasarnya di bawah pengawasan para guru Belanda, tapi
sebagaian besar usianya diabdikan pada gerakan kemerdekaan bangsanya.
Riwayat pendidikannya antara
lain menamatkan sarjana hokum di negeri Belanda dari tahun 1919 sampai
tahun1924. Juga giat di perkumpulan para mahasiswa Indonesia di luar negeri.
Karir pengacaranya dirintis dengan membuka kantor pengacara di Semarang,
Palembang, Teluk Betung dan Jakarta. Lalu memulai karir politik dengan duduk
dalam Madjelis Pertimbangan Poetera (Poesat Tenaga Rakjat).
Peran-perannya yang menonjol
pada masa proklamasi diantaranya adalah duduk dalam PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia), anggota KNIP, anggota penyusun Undang-undang Dasar
1945, dan bahkan penyelundupan barang dan candu ke luar negeri untuk membiayai
perwakilan RI di luar negeri dan anggaran belanja RI di Yogyakarta.
Tulisannya Nederland Geen Recht Meer Over Indonesia (Belanda tidak mempunyai
hak lagi atas Indonesia) yang berani menyikapkan kedok pemerintahan Belanda di
mata dunia dan rakyat Belanda sendiri. Isi tulian tersebut berkisar penyerbuan
Jerman atas Belanda yang berarti pelanggaran Undang-undang Dasar Belanda.
Dengan kejadian itu putuslah hubungan antara Pemerintahan Kerajaan Belanda
dalam pelarian tersebut dengan Hindia Belanda. Yang tinggal hanyalah
orang-orang Belanda yang memerintah Hindia Belanda tanpa dasar hokum lagi.
Lebih-lebih setelah Hindia Belanda menyerah kepada tentara Jepang tanggal 9 maret 1942, secara
formal dan material kekuasaan Belanda atas Hindia Belanda lenyaplah sudah.
A.A Maramis pernah di tunjuk
oleh presiden Soekarno sebagai anggota pimpinan harian Partai Nasional
Indonesia (PNI), partai tunggal pemerintah Indonesia yang ternyata tidak
terbentuk.
Kegiatan perjuangan Menteri
Keuangan RI pertama yang dianugerahi bintang Mahaputera dan bintang Gerilya ini
tidak terhenti sampai disitu. Ia memimpin pemerintah Indonesia dalam
pengasingan ketika Agresi Belanda II, disamping sebagai duta besar RI untuk
Fi;ipina, Jerman Barat dan Uni Soviet setelahpengakuan kedaulatan hingga
pensiun (1960). Pengabdiannya yang tak kalah penting adalah merumuskan
Pancasila dalam ‘Panitia Lima’ yang beranggotakan Dr. Mohammad Hatta, Mr.
Sunarjo, Mr. Achmad Subardjo, dan Abdoel Gafur Pringgodigdo.
Dalam
kongres istimewa PNI yang diadakan di Malang pada tahun 1947, A.A Maramis
mengemukakan bahwa kalau Linggarjati diterima Indonesia berarti Indonesia tidak
memiliki kemerdekaan secara penuh karena persetujuan Linggarjati tersebut hanya
mengakui kekuasaan de facto atas Jawa dan Sumatra. Argumentai tersebut hanya
diperkuat antara lain oleh Mr. Ali Sastroamidjojo, Mr. Sartono, Sidik
Djojosoekarto dan Mr. Wirjono Prodjodikoro.
Sumber:
Depertemen Keuangan Republik Indonesia “Album Rupiah Di Tengah Rentah Sejarah 45 Tahun ORI” Tahun 1991
Silakan kritik dan saran tuk melengkapi artikel
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
sonde apa2 bosong coment sa......