Kabinet Kerja I (10-07-1959 s/d
18-02-1960)
Kabinet Kerja II (18-02-1960 s/d
06-03-1962)
Nama Menteri Keuangan Djuanda diabadikan pada jalan
utama Jakarta Pusat. Popularitasnya yang mengiring tindakan-tindakannya,
termasuk yang tidak popular sekalipun. Seperti ketika memutuskan ‘pengebirian’
uang di tahun 1959
Setelah menyelesaikan Sekolah
Menengah di Hogere Burger School, ia memasuki Sekolah Tinggi Teknik (Technische
Hoge School) di Bandung. Sempat pula mengajar di AMS Muhammadiyah dan Sekolah
Guru di Jakarta. Kegiatan sampingannya adalah ikut melestarikan kebudayaan
Sunda melalui Paguyuban Pasundan.
Karir dimulai selepas menjabat
direktur Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah. Setelah mengabdi pada kantor
Jawatan Pengairan Jawa Barat di Jakarta, ia dipindahkan ke Bandung segera
setelah Jepang menyerah. Tugas yang tidak ringan dari pemerintah adalah
mengurus Jawatan Kereta Api, karena nyaris semua sarana perkeretaapian di
rampas Jepang. Di bulan Maret 1946, Perdana Sutan Sjahrir mempercayakan jabatan
Menteri Muda Perhubungan. Baru berturut-turut sebagai Menteri Negara
Perhubungan, Menteri Kemakmuran, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Negara Urusan
Perencanaan, Menteri Keuangan (ad interim) dan Perdana Menteri. Alhasil, tak
kurang satu kali Pejabat Presiden pernah didudukinya.
Dalam masa kabinet Djuanda atau
yang dikenal sebagai Kabinet Karya Pertama (9 April 1957 – 10 Juli 1959)
terjadi beberapa peristiwa penting yang mempengaruhi perkembangan negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pada saat itu terjadi pergolakan di daerah karena
adanya rasa tidak puas terhadap kebijakan Pemerintah Pusat. Sebagian daerah
berpendapat bahwa Pemerintah Pusat dipengaruhi oleh golongan komunis. Adanya
perasaan tidak puas ini menyulut lahirnya gerakan-gerakan kedaerahan, seperti
PRRI di Sumatera dan Pemesta di Sulawesi. Timbulnya gerakan-gerakan tersebut di
awali dengan berdirinya Dewan Banteng di Sumatera Tengah, Dewan Gajah di
Sumatera Utara, dewan Garuda di Sumatera Selatan dan Dewan Manguni di Sulawesi
Utara. Salah satu keputusan besar Djuanda adalah ketika menolak ultimatum PRRI
(Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) agar dia meletakan jabatan Perdana
Menteri pada kabinet Karya Pertama dan mengembalikan mandat ke tangan Presiden.
Akibatnya, operasi militer dilancarkan.
Kontroversi yang kemudian juga
di alami adalah ketika Presiden Soekarno menunjuk dirinya (Ir. Soekarno)
sebagai warganegara Indonesia menjadi Perdana Menteri, sekaligus membentuk
Kabinet Kerja I. di sini Ir. Djuanda menjabat Menteri Pertama (setingkat di
bawah Pedana menteri). Pada masa inilah kebijaksanaan ‘pengebirian’ uang
dilakukan.
Lembaran uang pecahan di atas Rp. 100,00 di nilai
sepersepuluh nilai awalnya. Lembaran Rp. 1000,00 menjadi Rp. 10,00 dan Rp.500,00
menjadi Rp.50,00.
Bintang jasa yang pernah di anugerahkan
kepadanya antara lain Bintang Bhayangkara RI II, beberapa satya lencana, gelar
pahlawan kemerdekaaan nasional dan penghargaan dari pemerintah Kamboja, Uni
Soviet, Thailand dan Yugoslavia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
sonde apa2 bosong coment sa......