Dari Istana Belanda
ke Kantor Republik
Salah satu saksi sejarah yang kini tetap berperan
dalam mengelola keuangan negara di Indonesia adalah Gedung Induk Kantor Pusat
Depertemen Keuangan yang teletak di Jl. Lapangan Banten Timur No. 2-4, Jakarta
Pusat.
Pada gedung tersebut terdapat
prasasti bertuliskan “M DCCC IX Condidit
Daendels Erexit Du BUS”.
Gedung ini semula memang dipersiapkan untuk istana
Gubernur Jenderal Daendels. Pada masa itu kantor-kantor pemerintah kolonial
Belanda masih berpusat di muara kali Ciliwung, yaitu di sekitar pasar ikan,
Jakarta Kota sekarang. Daerah ini pada waktu itu telah diakui sebagai daerah yang
tidak sehat dan tidak memberikan kenyamanan kepada para petugas-petugas
pemerintah. Sesudah mengambil alih pimpinan pemerintahan dari A. H. Wiese pada
tanggal 14 Januari 1808, Daendels memutuskan untuk memindahkan pusat
pemerintahan ke suatu tempat yang dianggap lebih baik, yaitu ke daerah
disekitar Lapangan Banten dan Lapangan Merdeka. Didaerah tersebut direncanakan
sekaligus dibangun istana Gubernur Jenderal dan perumahan pegawai. Di kemudian
hari daerah itu dikenal dengan nama ‘Weltevreden’.
Putusan untuk membangun istana
sebagai tempat kediaman Gubernur Jenderal diambil pada tanggal 7 Maret 1809,
sedangkan perintah pelaksanaannya dikeluarkan pada tanggal 28 Maret1809.
Rencana pembangunannya dipercayakan kepada Letnan Kolonel J.C. Schultze. Namun sampai akhir jabatan Deandels dalam tahun 1811
baru sebagian gedung induk dan sayap selesai dibangun. Karena itu istana yang
semula diperuntukan sebagai kediaman Gubernur Jenderal tidak pernah di tempati
Deandels. Begitu pula pengganti Gubernur Jenderal Janssens yang hanya bertugas
sebentar pada tahun 1811, tidak empat melanjutkan pembangunan gedung itu. Pada
masa pendudukan Hindia-Belanda oleh Inggris atau “Het Engelsche Tusschen Bestur” dari tahun 1811 – 1816 pembangunan
gedung itu tetap terbengkelai. Begitu pula sesudah kekuasaan atas koloni
Hindia-Belanda berpindah kembali dari Inggris kepada Belanda tahun 1816,
Gubernur jenderal G.A.G.Ph. Baron van der
Capellen juga tidak melanjutkan pembangunan gedung itu.
Baru
setelah Du Bus (Leonard Piere Joseph Burgraaf
Du Bus deGisignies) memegang kekuasaan pada 1926 dikeluarkan perintah
untuk melanjutkan pembangunan gedung itu. Namun peruntukan gedung bukan lagi
sebagai kediaman Gubernur Jenderal, melainkan tempat penampungan kantor-kantor
pemerintah yang pada waktu itu masih berpusat di Gaanderijenburg. Pembangunan
gedung itu sendiri baru selesai pada tahun 1928. Kemudian pada tahun 1929
dibelakang gedung itu dibangun Taman Bunga yang dengan Resolutie tanggal 17
April 1829 di beri nama “Tuin Du Bus”
Pada masa pendudukan Jepang semula gedung milik
bekas pemerintah colonial Belanda beralih kepada pemerintah pendudukan jepang.
Setelah proklamasi kemerdekaan, pegawai-pegawaimuda kementerian Keuangan
bergabung dengan Gerakan Pegawai angkatan Muda (GPAM) yang bermarkas dib alai
Kota Jakarta dan berperan sebagai penghubung antara walikota Jakarta dan
Kementerian Keuangan. Menjelang rapat raksasa menyambut Proklamasi Kemerdekaan
di Lapangan Ikada, pada tanggal 17 September 1945 para pegawai muda Kementerian
Keuangan di dorong tekad lebih baik mati daripada kembali dijajah melakukan
aksi mendebarkan hati menurunkan bendera Jepang dan mengibarkan Sang Saka Merah
Putih di atas gedung Kementerian Keuangan di saksikan oleh para pegawai senior
bangsa Indonesia dengan penuh haru. Bersamaan dengan penurunan bendera Jepang,
para pegawai Kementerien Keuangan berkebangsaan Jepang diminta untuk
meninggalkan tempat kerja mereka dan selanjutnya oleh para pegawai muda
ditempatkan ke gedung ‘Gunseikanbu’ (sekarang gedung Pertamina). Sehingga pada
saat Sekutu mendarat, gedung tersebut telah menjadi milik pemerintah Republik
Indonesia dan dikemudian hari lebih dikenal dengan namaGedung Induk Kantor
Pusat Depertemen Keuangan.
Sumber:
Depertemen Keuangan Republik Indonesia “Album Rupiah Di Tengah Rentah Sejarah 45 Tahun ORI” Tahun 1991
Silakan kritik dan saran tuk melengkapi artikel
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
sonde apa2 bosong coment sa......